
Kadang kita lebih takut tagihan listrik daripada gigitan nyamuk. Padahal, yang satu bikin dompet sekarat, yang lain bisa bikin kita lewat.
Beberapa minggu lalu, saya pulang ke kampung halaman. Sebuah desa kecil di pinggiran Jawa Barat yang masih bersahabat dengan udara pagi dan sinyal telepon yang suka bercanda. Rumah ibu saya tetap seperti dulu: tembok separuh bata, separuh kenangan. Dan, di halaman belakang masih berdiri bak penampung air—tempat favorit nyamuk lokal kongkow sambil membicarakan urusan perbanyakan.
Malam pertama, saya lupa memakai lotion anti nyamuk. Hasilnya? Kaki saya mirip papan Braille. Nyamuk-nyamuk kampung ini sepertinya masih setia dengan tradisi: menggigit tamu sebagai bentuk penyambutan.