Berita  

“Kontenkrasi: Menyusahkan Demokrasi atau Menyelamatkannya?”

kontenkrasi: Menyusahkan Demokrasi atau Menyelamatkannya?”

Di era ketika layar ponsel pintar lebih sering kita tatap daripada wajah sesama manusia, kekuasaan pun perlahan bertransformasi. Politik tidak lagi semata soal ide dan institusi, tetapi juga soal eksistensi digital dan kemampuan menciptakan konten-konten dengan narasi yang menggugah.

Fenomena tersebut kemudian melahirkan istilah baru, yakni kontenkrasi. Istilah ini merujuk pada kekuasaan yang diperoleh dan dipertahankan melalui konten. Dalam kontenkrasi, popularitas dan viralitas digital bisa menjadi jalan pintas menuju kekuasaan. Dalam kontenkrasi pula, siapa pun yang menguasai algoritma dan mampu memikat perhatian publik memiliki peluang politik yang nyata. Kekuasaan kini dapat berasal dari engagement , bukan melulu dari struktur formal atau pemikiran ideologis.

Demokrasi yang idealnya berbasis musyawarah atau permufakatan kini cenderung berubah menjadi kontes popularitas digital. Ruang publik dikendalikan oleh algoritma yang lebih memilih emosi ketimbang argumen. Suka atau tidak, itu realitanya. Media sosial, yang menjadi arena utama pertarungan, bukan lagi forum diskusi ide, melainkan panggung pencitraan. Di sinilah para politisi tampil sebagai entertainer yang bertarung demi merebut perhatian dan klik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *